Minggu, 09 Oktober 2016

Arang Waka

Pembuatan Arang dengan Kiln Drum Waka II
Pelatihan pembuatan arang diselenggaraakan di PPTAT pada tanggal 14 – 19 desember 2015. Kegiatan pelatihan diawali dengan penyampaian materi tentang konsep PPTAT, lalu pada malam harinya dilanjutkan dengan pemaparan teori tentang arang, aplikasi arang dan pembuatan arang dengan kiln drum waka II. Berikut akan kami uraikan secara singkat materi pembuatan arang dengan kiln drum waka II.
Kiln Drum Waka II diajarkan oleh seorang pembuat arang dari Jepang bernama Hirowaka. Kiln ini terbuat drum besi yang dilapisi tanah liat sebagai pembungkusnya. Bisa menggunakan 1, 2 atau 3 drum sekaligus. 
Setelah perangkat kiln terpasang dengan lengkap yang selanjutnya perlu dibuat adalah membungkus kiln dengan tanah agar panas kiln drum tidak terlalu terasa saat pembuatan arang. Selain itu pembungkus ini berfungsi agar panas bertahan dan agar tidak terjadi kebocoran saat pemadaman api (pendinginan).
Cara kerja drum kiln adalah sebagai berikut: api dinyalakan di pintu api, panas keluar yang keluar dari api masuk ke ruang kayu lewat atas ruang tanpa sekat. Jadi lidah api tidak mengenai kayu, hanya uap panas yang masuk ke adalam ruang kayu. Kayu yang terkena uap panas lama-kelamaan akan melepaskan air dan uap lainnya berupa asap. Asap tersebut akan keluar lewat cerobong. Jika kayu bahan arang sudah kering total maka akan menyala sendiri. Saat kayu menyala sendiri inilah yang disebut saat karbonisasi dan akan berlangsung terus sampai asap habis tanda pengarangan selesai. Jika asap sudah biru tipis maka semua jalur udara/oksigen harus ditutup untuk memadamkan arang baik jalur pintu api maupun mulut cerobong. Penutupan pintu api dan cerobong disebut saat pendinginan. Cara kerja ini adalah kunci sukses membuat arang. Pembuat arang harus paham betul akan cara kerja ini agar dapat membuat arang yang berkualitas. Suatu pembakaran terhadap material kayu bahan arang terjadi bila syarat-syarat pembakaran terpenuhi: 1) ada kayu; 2) ada api; 3) ada oksigen. Proses pembuatan arang dengan kiln terjadi dengan mengatur aliran masuk oksigen dalam kiln dengan membesarkan atau mengecilkan pintu api dan cerobong. Pemadaman api cukup dengan menutup seluruh pintu masuk oksigen baik pintu api maupun cerobong. Selanjutnya mari kita simak cara membuat arang dengan kiln drum waka II dengan lengkap.
Tahap-tahap proses pembuatan arang
Penyusunan Kayu
Tahap ini adalah tahap memasukkan dan menyusun kayu ke dalam kiln drum. Carilah kayu yang berkualitas, sudah dikering anginkan kira-kira 2 minggu. Potong-potong sesuai panjang ruang kayu dalam kiln. Carilah kayu lurus berdiameter kurang-lebih 5 – 10 cm. Kayu lurus lebih mudah disusun dan muatannya banyak dibanding kayu bengkok. Diameter kayu juga menentukan lama proses pembuatan dan tingkat kekerasan arang.
Ketika menyusun kayu dalam kiln harus dipahami bahwa kayu yang terkena panas api paling awal dan kayu yang paling dekat dengan sumber api adalah kayu berdiameter besar dan masih dalam keadaan basah. Sedangkan kayu-kayu berdiameter kecil disusun di dasar kiln. Penyususan semacam ini akan berpengaruh terhadap jumlah hasil arang. Kayu-kayu yang dekat dengan sumber api/paling awal terkena panas akan cepat kering dan terbakar sementara yang lain belum. Ketika kayu-kayu bagian bawah jadi arang, kayu-kayu dekat sumber api sudah jadi abu. Karena itu didekat sumber api harus kayu-kayu besar. Setelah kayu-kayu dimasukkan dalam kiln, tutup kiln dipasang pada tempatnya dan diplester dengan tanah liat basah. Lalu dikubur lagi dengan pembungkus tanah.
Pengeringan
Setelah kilin dalam keadaan siap, masukkan kayu bakar di pintu api kiln. Pada tahap awal pembakaran sebaiknya digunakan kayu-kayu kecil dan kering agar mudah menyala. Nyala api di depan mulut kiln tidak boleh padam sampai saat karbonisasi. Jika nyala api padam sebelum karobonisasi maka proses pengeringan akan menjadi lama dan semakin banyak bahan bakar kayu. Pembakaran dipintu api bertujuan untuk mengeringkan kayu bahan arang sampai terjadi karbonisasi. Karbonisasi adalah saat kayu dalam kiln terbakar sendiri dan panas didapat dari kayu yang terbakar dalam kilin tersebut. Pada saat ini kita tidak memerlukan kayu bakar lagi. Cerobong juga diperkecil dengan bata sedangkan pintu api diperkecil dengan bata atau tanah disisakan sebesar 3cm x 5 cm dengan tujuan untuk memperkecil aliran oksigen yang masuk. Jadi kayu bahan arang akan menjadi arang secara perlahan-lahan kurang lebih selama 10 – 12 jam. Hal ini akan mentukan kualitas arangnya.

Karbonisasi
Pada saat karbonisasi bahan kayu sudah terbakar secara perlahan-lahan dan dalam keadaan tanpa lidah api. Prosesnya seperti nyala api dalam sekam. Yang paling penting bagi si pembuat arang adalah memahami kapan saat karbonisasi ini mulai. Karena pembuat arang tidak tahu apakah kayu dalam kiln sudah menyala atau belum maka ia harus menggunakan alat termometer atau dengan pengamatan visual terhadap asap di cerobong.
Pada saat karbonisasi mulai suhu termometer asap cerobong berkisar 82o C dan tinggi suhu ini paling tidak sudah berlangsung kurang lebih 1 jam. Jika tidak ada termometer, pembuat arang harus mengenal kondisi asap saat karbonisasi. Asap dapat dijadikan indikator saat karbonisasi. Ciri-ciri asap saat karbonisasi adalah: 1) asap berwarna putih kelabu menyembur keluar dengan cepat lewat cerobong (seperti asap knalport); 2) bau asap menyengat hidung dan membuat mata sangat perih; 3) asap cair yang keluar terasa asam dan asin. Inilah beberapa indikator kabronisasi. Jika api dipintu api dipadamkan suhu cerobong tidak turun dan asap tidak berkurang. Jika penentuan sasat karbonisasi sudah benar maka api di pintu api di padamkan secara perlahan-lahan dan kemudian pintu api diperkecil dengan tahan atau bata. Cerobong juga ditutup setengah dengan bata untuk memperkecil pengeluaran asap. Karbonisasi sampai saat pendinginan biasanya berlangsung kurang lebih 12 jam.
Penyempurnaan
Jika asap dicerobong sudah terlihat biru tipis atau kondisi cerobong nyaris tanpa asap, maka saatnya si pembuat arang melakukan refining atau tahap penyempurnaan. Tahap ini diperlukan untuk memurnikan arang terutama dari ter. Caranya dengan membuka semua penutup oksigen. Pintu api dan cerobong dibuka secara penuh agar oksigen masuk secara penuh lewat pintu api dan keluar lewat cerobong. Biarkan kondisi ini selama 1 – 1 ½ jam. Setelah itu baru masuk ke tahap selanjutnya.
Pendinginan
Tahap ini adalah tahap pemadaman api karena itu disebut saat pendinginan. Caranya dengan menutup semua jalur oksigen. Tutup pintu api terlebih dahulu dengan tanah liat basah dan tidak boleh ada kebocoran. Setelah itu tutup cerobong dengan tanah basah yang dibungkus dengan karung. Periksa apakah ada asap keluar saat melakukan penutupan jalur oksigen ini. Jika tidak ada asap keluar berarti penutupan berhasil. Api dalam kilin akan padam dengan sendirinya. Pendinginan biasanya berlangsung selama 8 - 10 jam. Setelah cukup dingin arang dapat dipanen. Arang yang baik adalah arang yang keras, bunyinya berdenting seperti besi, dan bisa menjadi konduktor listrik seperti besi (arang bebas dari ter).


Demikian teori tentang pembuatan arang dengan kiln drum waka II dan disampaikan pertama kali saat pelatihan pada tanggal 14 desember 2015 kepada 15 peserta. Pada tanggal 15 desember 2015 praktek pembuatan arang mulai dilaksanakan pada jam 08.00 pagi. Dimulai dengan pembungkusan kiln dengan tanah, pengisian kayu. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok. Masing-masing menangani 1 kiln drum. Kelompok 1 didampingi oleh Rudy Utama, kelompok 2 didampingi oleh Hari dan Abeng, kelompok 3 didampingi oleh Joko Santoso. Material bahan arang adalah kayu leban untuk kelompok 1, kayu rambutan kelompok 2 dan kayu campuran untuk kelompok 3. Berat rata-rata material bahan arang adalah 170 kg. Setiap kelompok melakukan pencatatan seluruh proses. Pembuatan arang tahap pertama adalah proses full training artinya didampingi secara penuh. Berikut adalah data proses pembuatan arang setiap kelompok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar