Pembuatan Arang dengan Kiln Drum Waka II
Pelatihan
pembuatan arang diselenggaraakan di PPTAT pada tanggal 14 – 19 desember 2015.
Kegiatan pelatihan diawali dengan penyampaian materi tentang konsep PPTAT, lalu
pada malam harinya dilanjutkan dengan pemaparan teori tentang arang, aplikasi
arang dan pembuatan arang dengan kiln drum waka II. Berikut akan kami uraikan
secara singkat materi pembuatan arang dengan kiln drum waka II.
Kiln
Drum Waka II diajarkan oleh seorang pembuat arang dari Jepang bernama Hirowaka.
Kiln ini terbuat drum besi yang dilapisi tanah liat sebagai pembungkusnya. Bisa
menggunakan 1, 2 atau 3 drum sekaligus.
Setelah
perangkat kiln terpasang dengan lengkap yang selanjutnya perlu dibuat adalah
membungkus kiln dengan tanah agar panas kiln drum tidak terlalu terasa saat
pembuatan arang. Selain itu pembungkus ini berfungsi agar panas bertahan dan
agar tidak terjadi kebocoran saat pemadaman api (pendinginan).
Cara
kerja drum kiln adalah sebagai berikut: api dinyalakan di pintu api, panas
keluar yang keluar dari api masuk ke ruang kayu lewat atas ruang tanpa sekat.
Jadi lidah api tidak mengenai kayu, hanya uap panas yang masuk ke adalam ruang
kayu. Kayu yang terkena uap panas lama-kelamaan akan melepaskan air dan uap
lainnya berupa asap. Asap tersebut akan keluar lewat cerobong. Jika kayu bahan
arang sudah kering total maka akan menyala sendiri. Saat kayu menyala sendiri
inilah yang disebut saat karbonisasi dan akan berlangsung terus sampai asap
habis tanda pengarangan selesai. Jika asap sudah biru tipis maka semua jalur
udara/oksigen harus ditutup untuk memadamkan arang baik jalur pintu api maupun
mulut cerobong. Penutupan pintu api dan cerobong disebut saat pendinginan. Cara
kerja ini adalah kunci sukses membuat arang. Pembuat arang harus paham betul
akan cara kerja ini agar dapat membuat arang yang berkualitas. Suatu pembakaran
terhadap material kayu bahan arang terjadi bila syarat-syarat pembakaran
terpenuhi: 1) ada kayu; 2) ada api; 3) ada oksigen. Proses pembuatan arang
dengan kiln terjadi dengan mengatur aliran masuk oksigen dalam kiln dengan
membesarkan atau mengecilkan pintu api dan cerobong. Pemadaman api cukup dengan
menutup seluruh pintu masuk oksigen baik pintu api maupun cerobong. Selanjutnya
mari kita simak cara membuat arang dengan kiln drum waka II dengan lengkap.
Tahap-tahap
proses pembuatan arang
Penyusunan
Kayu
Tahap ini adalah tahap
memasukkan dan menyusun kayu ke dalam kiln drum. Carilah kayu yang berkualitas,
sudah dikering anginkan kira-kira 2 minggu. Potong-potong sesuai panjang ruang
kayu dalam kiln. Carilah kayu lurus berdiameter kurang-lebih 5 – 10 cm. Kayu
lurus lebih mudah disusun dan muatannya banyak dibanding kayu bengkok. Diameter
kayu juga menentukan lama proses pembuatan dan tingkat kekerasan arang.
Ketika menyusun kayu
dalam kiln harus dipahami bahwa kayu yang terkena panas api paling awal dan kayu
yang paling dekat dengan sumber api adalah kayu berdiameter besar dan masih
dalam keadaan basah. Sedangkan kayu-kayu berdiameter kecil disusun di dasar
kiln. Penyususan semacam ini akan berpengaruh terhadap jumlah hasil arang.
Kayu-kayu yang dekat dengan sumber api/paling awal terkena panas akan cepat
kering dan terbakar sementara yang lain belum. Ketika kayu-kayu bagian bawah
jadi arang, kayu-kayu dekat sumber api sudah jadi abu. Karena itu didekat
sumber api harus kayu-kayu besar. Setelah kayu-kayu dimasukkan dalam kiln,
tutup kiln dipasang pada tempatnya dan diplester dengan tanah liat basah. Lalu
dikubur lagi dengan pembungkus tanah.
Pengeringan
Setelah kilin dalam
keadaan siap, masukkan kayu bakar di pintu api kiln. Pada tahap awal pembakaran
sebaiknya digunakan kayu-kayu kecil dan kering agar mudah menyala. Nyala api di
depan mulut kiln tidak boleh padam sampai saat karbonisasi. Jika nyala api
padam sebelum karobonisasi maka proses pengeringan akan menjadi lama dan
semakin banyak bahan bakar kayu. Pembakaran dipintu api bertujuan untuk
mengeringkan kayu bahan arang sampai terjadi karbonisasi. Karbonisasi adalah
saat kayu dalam kiln terbakar sendiri dan panas didapat dari kayu yang terbakar
dalam kilin tersebut. Pada saat ini kita tidak memerlukan kayu bakar lagi.
Cerobong juga diperkecil dengan bata sedangkan pintu api diperkecil dengan bata
atau tanah disisakan sebesar 3cm x 5 cm dengan tujuan untuk memperkecil aliran
oksigen yang masuk. Jadi kayu bahan arang akan menjadi arang secara
perlahan-lahan kurang lebih selama 10 – 12 jam. Hal ini akan mentukan kualitas
arangnya.
Karbonisasi
Pada saat karbonisasi
bahan kayu sudah terbakar secara perlahan-lahan dan dalam keadaan tanpa lidah
api. Prosesnya seperti nyala api dalam sekam. Yang paling penting bagi si
pembuat arang adalah memahami kapan saat karbonisasi ini mulai. Karena pembuat
arang tidak tahu apakah kayu dalam kiln sudah menyala atau belum maka ia harus
menggunakan alat termometer atau dengan pengamatan visual terhadap asap di
cerobong.
Pada saat karbonisasi
mulai suhu termometer asap cerobong berkisar 82o C dan tinggi suhu
ini paling tidak sudah berlangsung kurang lebih 1 jam. Jika tidak ada
termometer, pembuat arang harus mengenal kondisi asap saat karbonisasi. Asap
dapat dijadikan indikator saat karbonisasi. Ciri-ciri asap saat karbonisasi
adalah: 1) asap berwarna putih kelabu menyembur keluar dengan cepat lewat
cerobong (seperti asap knalport); 2) bau asap menyengat hidung dan membuat mata
sangat perih; 3) asap cair yang keluar terasa asam dan asin. Inilah beberapa
indikator kabronisasi. Jika api dipintu api dipadamkan suhu cerobong tidak
turun dan asap tidak berkurang. Jika penentuan sasat karbonisasi sudah benar
maka api di pintu api di padamkan secara perlahan-lahan dan kemudian pintu api
diperkecil dengan tahan atau bata. Cerobong juga ditutup setengah dengan bata
untuk memperkecil pengeluaran asap. Karbonisasi sampai saat pendinginan
biasanya berlangsung kurang lebih 12 jam.
Penyempurnaan
Jika asap dicerobong
sudah terlihat biru tipis atau kondisi cerobong nyaris tanpa asap, maka saatnya
si pembuat arang melakukan refining atau tahap penyempurnaan. Tahap ini
diperlukan untuk memurnikan arang terutama dari ter. Caranya dengan membuka
semua penutup oksigen. Pintu api dan cerobong dibuka secara penuh agar oksigen
masuk secara penuh lewat pintu api dan keluar lewat cerobong. Biarkan kondisi
ini selama 1 – 1 ½ jam. Setelah itu baru masuk ke tahap selanjutnya.
Pendinginan
Tahap ini adalah tahap
pemadaman api karena itu disebut saat pendinginan. Caranya dengan menutup semua
jalur oksigen. Tutup pintu api terlebih dahulu dengan tanah liat basah dan
tidak boleh ada kebocoran. Setelah itu tutup cerobong dengan tanah basah yang
dibungkus dengan karung. Periksa apakah ada asap keluar saat melakukan
penutupan jalur oksigen ini. Jika tidak ada asap keluar berarti penutupan
berhasil. Api dalam kilin akan padam dengan sendirinya. Pendinginan biasanya
berlangsung selama 8 - 10 jam. Setelah cukup dingin arang dapat dipanen. Arang
yang baik adalah arang yang keras, bunyinya berdenting seperti besi, dan bisa
menjadi konduktor listrik seperti besi (arang bebas dari ter).
Demikian teori tentang
pembuatan arang dengan kiln drum waka II dan disampaikan pertama kali saat
pelatihan pada tanggal 14 desember 2015 kepada 15 peserta. Pada tanggal 15
desember 2015 praktek pembuatan arang mulai dilaksanakan pada jam 08.00 pagi.
Dimulai dengan pembungkusan kiln dengan tanah, pengisian kayu. Peserta dibagi
menjadi 3 kelompok. Masing-masing menangani 1 kiln drum. Kelompok 1 didampingi
oleh Rudy Utama, kelompok 2 didampingi oleh Hari dan Abeng, kelompok 3
didampingi oleh Joko Santoso. Material bahan arang adalah kayu leban untuk
kelompok 1, kayu rambutan kelompok 2 dan kayu campuran untuk kelompok 3. Berat
rata-rata material bahan arang adalah 170 kg. Setiap kelompok melakukan
pencatatan seluruh proses. Pembuatan arang tahap pertama adalah proses full
training artinya didampingi secara penuh. Berikut adalah data proses pembuatan
arang setiap kelompok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar